Pak Tua Luhut & AHY, Berdebat Kampungan…!



by Faizal Assegaf (kritikus)

Akting sangar, sok jagoan seolah bakat dan sekaligus hobi Luhut Binsar Panjaitan. Modus minim senyum, Pak Tua getol beradegan mata melotot pada mereka yang berbeda politik.

Sikap arogansi Luhut sudah menjadi watak. Ihwal norak dan tendensius tersebut, acap kali muncul merusak nurani dan akal sehat publik. Norak lantaran makin tua, martabat kian merosot.

Dengan setumpuk jabatan, Luhut merasa paling perkasa. Berbicara semaunya. Hantam sana, hajar sini, demi memuluskan aneka hajat. Wajar menyulut amarah dan kebencian rakyat.

Luhut ngotot memaksa sederet kebijakan yang dinilai culas dan tidak adil. Tentang skandal lahan sawit, subsidi kendaraan listrik, nyerocos Capres harus orang Jawa, intrik kudeta Golkar dan masih banyak lagi.

Yang terbaru dan memicu pro-kontra, Luhut tiba-tiba nongol menuding AHY Ketum Demokrat kampungan. Sentilan itu terkait respon Luhut soal partai Demokrat yang tengah berperkara di Mahkamah Agung (MA).

Walhasil, saling baku hantam opini terjadi antara Luhut, AHY dan loyalis Demokrat. Sikap Luhut dinilai sangat lancang dan kurang ajar. Lantaran selaku Menko Marves terlibat obok-obok partai.

Sebaliknya, Luhut mungkin merasa selaku politisi Golkar dan sekaligus tukang pukul Istana. Terusik karena AHY menuduh rezim Jokowi berupaya menjegal Demokrat melalui tangan MA.

Walhasil, Luhut hangus digoreng. Disebut jauh lebih kampungan dari AHY. Setidaknya, Luhut kali ini turun ke level paling terendah. Pak tua terlibat debat kusir dengan kaum muda jejaring medsos.

Tentu saja bikin SBY dan para elite Demokrat tertawa, melihat lawakan politik Luhut. Mestinya, Luhut tahu diri, menjadi tua wajib bersikap lembut dan bijak. Bukan tambah ganas dan kampungan.

Mirip lagu yang terkenal di kalangan anak-anak muda: Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi.

**
Powered by Blogger.
close