Besarkanlah Allah, Maka yang Lain Menjadi Kecil!

Oleh : Ust Alimin Mukhtar

HAMPIR
 semua orang diantara kita pernah merasa takut, atau memiliki hal-hal yang ditakuti. Ada yang takut mati, takut miskin, takut tidak mendapat jodoh, takut gagal ujian nasional, takut hantu, takut hewan berbisa, dan masih banyak lagi.

Ketika semua itu datang, tentu saja kehidupan terasa sempit dan sengsara. Namun, karena kehidupan bukanlah ruang yang bisa steril darinya, kita pun harus belajar bagaimana mengatasinya, sehingga dapat hidup tenang dan bahagia.

Sudah menjadi kehendak ilahiyah bahwa dalam kehidupannya manusia harus bergumul dengan aneka ragam ujian, salah satunya adalah ketakutan. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah: 155:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Oleh karenanya, Allah memberitahu bagaimana cara menghadapinya, yaitu dengan mengenal Allah secara benar lalu mendudukkan segala sesuatu selain-Nya pada tempat-tempat yang semestinya.

Sebab, ketika kita gagal mengenal Allah dengan benar, maka kita pasti gagal menempatkan-Nya secara layak. Inilah tindakan zhalim atau aniaya, dan ini pula yang melatarbelakangi mengapa mempersekutukan Allah (syirik) disebut sebagai kezhaliman yang sangat besar:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Qs. Luqman: 13).

Sebenarnya, ketakutan merupakan reaksi natural manusia. Bahkan, seorang Nabi pun merasakan ketakutan-ketakutan dalam menjalankan misinya. Pada awal-awal menerima wahyu, Nabi Muhammad sangat terguncang.

Tentu saja, mendapat risalah yang bertentangan 180 derajat dengan keyakinan seluruh masyarakat adalah kejadian yang sangat mengagetkan. Tidak cukup sampai di situ, sebab beliau juga disuruh untuk menyampaikannya kepada semua orang dan mengajak mereka untuk mengimaninya. Ini adalah ketakutan di atas ketakutan.

Dan benar saja, tidak lama setelah beliau mengumumkan dakwahnya, cacian dan cap-cap negatif pun dilontarkan masyarakat. Padahal, beliau telah hidup di antara kaumnya selama 40 tahun tanpa cacat sedikit pun, dan bahkan mendapat gelar Al-Amin (yang sangat bisa dipercaya).

Untungnya, perhatian Allah tidak pernah surut dari beliau. Ayat demi ayat turun meneguhkan dan menghibur, sehingga beliau selalu bangkit kembali tatkala terjatuh.

Diantara wahyu awal yang beliau terima adalah surah al-Muddatsir: 1-7. Di sini Allah memberi instruksi terperinci perihal nilai-nilai dan rambu-rambu yang harus ditaati dalam menunaikan risalahnya. Pada ayat ke-3, Allah berfirman: “Dan Tuhanmu besarkanlah!”

“Dan Tuhanmu besarkanlah!”, Mengapa demikian?

Tafsir Al-Biqa’iy menjelaskan maknanya: “…maka Allah pun menyuruh beliau untuk mengagungkan Dzat yang telah mengutusnya. Sebab, jika beliau mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya, maka segala sesuatu selain-Nya pasti akan menjadi kecil, sehingga berdakwah pun menjadi terasa ringan dan hal ini akan membantu agar seruannya diterima.”

Di tempat lain, Imam al-Alusi juga berkata:

“Seakan-akan dikatakan: ‘Apapun yang terjadi, jangan meninggalkan untuk membesarkan-Nya’ … kemudian, frase ini disebutkan terlebih dahulu, setelah perintah qum fa andzir dan sebelum frase-frase yang lain, adalah sebagai isyarat kepada sangat-amat pentingnya masalah membesarkan Tuhan ini, sekaligus sebagai isyarat – berdasarkan suatu pendapat – bahwa maksud pertama dari perintah untuk ‘bangkit’ adalah agar beliau membesarkan Tuhannya dan mensucikan-Nya dari kemusyrikan. Sebab, kewajiban pertama adalah mengenal Allah (ma’rifatullah), kemudian mensucikan-Nya dari segala yang tidak pantas bagi-Nya … Ada lagi yang berpendapat bahwa penyitiran frase ini kemungkinan ditujukan untuk segera memotivasi beliau agar memberikan peringatan (indzar) dan tidak memperdulikan siapa pun selain-Nya. Frase ini secara implisit memuat isyarat bahwa ubun-ubun seluruh makhluk berada di tangan-Nya, semua selain-Nya takluk di bawah kebesaran dan keagungan-Nya, sehingga beliau tidak pantas untuk takut kecuali kepada-Nya dan berharap pun hanya kepada-Nya. Seakan-akan dikatakan: ‘Bangkitlah, berikan peringatan, khususkan Tuhanmu saja yang dibesarkan, sehingga jangan ada sesuatu pun yang membuatmu berpaling dari memberikan peringatan itu.”

Jadi, di sinilah letak sumber energi mental yang dimiliki oleh Rasulullah dalam mengemban misinya. Beliau benar-benar sadar bahwa tidak ada satu pun yang sama besar, apalagi lebih besar, dibanding Allah. Semua adalah kecil, sebab semua adalah makhluk sama seperti diri beliau.

Maka, ketika beliau telah mendapat dukungan dan pemihakan dari Allah, Dzat yang terbesar itu, segala sesuatu di hadapannya menjadi kecil, remeh, lemah. Usaha yang harus ditempuh pun menjadi lebih sederhana, sebab sekarang beliau tidak perlu sibuk merayu dan mengambil hati banyak tuan. Beliau cukup berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Allah ridha, maka segala urusan dengan yang lain-lain akan dipermudah dan dibereskan-Nya.

Di masa kini, inilah yang kita perlukan. Sebagian besar manusia modern hidup dalam lingkaran lingkaran ketakutan yang tidak berujung pangkal. Ketakutan yang satu pada galibnya menciptakan ketakutan-ketakutan yang lain, sehingga hidup terasa sangat sempit dan menderita.

Tidak ada obat rasa takut bagi kita kecuali dengan kembali kepada Allah dan membesarkan-Nya, yakni dengan menomersatukan perintah dan larangan-Nya diatas perintah dan larangan yang datang dari selain-Nya, seperti atasan, bos, teman, istri, suami, keluarga, dsb.

Bila kita menganggap selain Allah itu besar, maka Dia akan menjatuhkan kita ke dalam perangkap mereka, dan kita pun akan dipermainkan olehnya.

Namun, jika kita menganggap Allah sebagai yang terbesar, Dia akan menciptakan rasa aman di hati kita terhadap siapapun dan apapun, sehingga hidup akan tenteram dan bahagia, insya-AllahWallahu a’lam.

Ust. M. Alimin Mukhtar, Pendidik di Arrohmah Malang
Sumber : www.hidayatullah.or.id

Powered by Blogger.
close