Chaos 10 Agustus dan Po’licik Jokowi

by Faizal Assegaf (kritikus) Politik sporadis yang bertujuan menyulut huru-hara atau tragedi berdarah, jelas tidak elok. Ihwal tersebut justru memberi pintu masuk bagi operasi kekuasaan yang represif terhadap oposisi. Idealnya, gerakan perubahan harus dibangun dengan prinsip damai dan konstruktif. Di mana seluruh potensi yang tersedia digerakkan dalam upaya pencerahan secara masif dan terus-menerus. Tujuannya agar terbangun kesadaran kolektif rakyat melalui kekuatan moral, intelektual dan spiritual. Bukan sebaliknya memposisikan rakyat sebagai objek propaganda kepentingan politik sesaat. Dalam konteks itu, harus jujur diakui bahwa tidak hanya sistem dan kepemimpinan nasional yang bobrok. Namun, gerakan oposisi yang mengusung perubahan pun belum maksimal. Akibatnya, rakyat semakin dilematis menghadapi dinamika jelang 2024. Para elite bangsa dan elemen gerakan di akar rumput terlihat renggang, tidak solid. Padahal, peluang perubahan terbuka lebar. Kesenjangan elite bangsa dan jejaring rakyat di berbagai level, menyebabkan rezim Jokowi tetap unggul dalam konsolidasi kekuasaan. Bukan rezim Jokowi kuat, tapi oposisi tidak kompak. Semakin mendekat ke Pilpres, oposisi tampak terbelah oleh dua pilihan: Bersatu memenangkan figur Capres pro perubahan. Atau gerakan ekstra konstitusi untuk melucuti kekuasaan Jokowi. Beredar isu 10 Agustus, sejumlah elemen rakyat akan melakukan aksi besar-besaran. Semoga demo tersebut tidak berujung chaos. Perlu ekstra hati-hati agar tidak terjebak operasi ‘po’licik’ rezim Jokowi. selamat berjuang, tetap solid dan waspada! Sumber twitter @faizalassegaf
Powered by Blogger.
close