Masa Depan


Oleh : Hamim Thohari

Apa yang disebut masa depan itu? Apa yang harus disiapkan menghadapi masa depan? Seserius apakah masa depan itu?

Sebagian besar manusia telah melewati masa lalunya ketika berada di bangku sekolah dasar (SD). Para orangtua berpesan, baik-baiklah kalian belajar di SD untuk mempersiapkan masa depanmu. Saat itu kita mengangguk, meskipun tak tahu persis, apa maksud masa depan menurut orangtua.

Ketika usia telah menginjak masa remaja awal, orangtua kembali berpesan agar lebih berprestasi lagi di kelas SMP. Lagi-lagi mereka berpesan bahwa semua itu diperuntukkan untuk kebahagiaanmu di masa depan.

Demikian pula saat seseorang telah menginjak usia remaja, lagi-lagi orangtua berpesan agar anak-anaknya lebih bersungguh-sungguh disertai peringatan agar waspada terhadap lingkungan sekitar. Lagi-lagi peringatan itu ditujukan agar anak- anak mereka sukses dan selamat untuk mengarungi masa depan selanjutnya.

Di kala mahasiswa, orangtua tidak bosan-bosan- nya mewanti-wanti anaknya agar lebih sungguh-sungguh "mengejar ilmu" untuk meraih cita-cita masa depan. Saat itu, tidak sedikit orangtua yang kurang mampu harus merogoh sakunya lebih dalam, bahkan ada di antara orangtua yang demi anaknya mempersiapkan masa depannya rela menjual sawah ladangnya untuk biaya kuliah.

Apakah hanya sampai di situ? Banyak orangtua yang masih ikut "cawe-cawe" saat anaknya sudah memasuki usia kerja. Mereka tidak rela melepas anaknya, hingga mereka benar-benar telah mencapai masa depannya.

Pertanyaan berikutnya, apakah masa depan itu di saat para anak telah mendapatkan pekerjaan yang mapan? Belum. Apalah artinya pekerjaan yang ma- pan jika anak-anak belum berumah tangga. Tidak sedikit orangtua yang harus menanggung biaya per- nikahan anaknya hingga mempersiapkan rumah beserta perabotnya.

Lalu apa masa depan itu? Mengapa kita rela mengejar masa depan dengan segala macam usaha? Mengapa tidak sedikit di antara kita yang mau mengejarnya hingga mati-matian bahkan mati sungguhan?

Masa depan adalah garis finish yang bersifat sementara, yang sesungguhnya tidak akan pernah kita capai selama-lamanya. Ketika kita telah mencapainya, maka garis finish yang kita kejar-kejar itu telah berubah menjadi masa kini. Demikian juga masa kini akan segera berubah dalam waktu sekejap menjadi masa lalu. Di saat perubahan masa kini menjadi masa lalu, di saat yang sama kita sedang berjuang lagi sedang meninggalkan masa kini yang kemarin masih menjadi masa depan. Kita lalu tertatih-tatih lagi menghadapi masa depan berikutnya. 

Begitu seterusnya hingga ajal menjumpai kita. "Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Surat Al-Jumu'ah [62]: 8) Masa depan yang sesungguhnya adalah ketika Allah ridha kepada kita dan kita ridho kepadaNya.

Sumber Majalah Hidayatullah Edisi Shafar 14445/September 2023
Powered by Blogger.
close