Jejak Kepedulian NU terhadap Masalah Palestina


Melalui majalah Soeara Nahdlatoel Oelama, NU kala itu sangat aktif membela persoalan Palestina  

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi  https://dakwah.media/

Dikutip dari Hidayatullah.com | KETIKA menelusuri dokumen-dokumen lawas –baik dari koleksi pribadi hingga Perpusnas– ada suatu fakta menarik bahwa urusan Palestina (yang dijajah Israel bahkan hingga kini) itu menjadi faktor pemersatu internal umat Indonesia. Ini persis ketika Islam, Al-Qur`an dan Nabi Muhammad ï·º dinista, maka akan menimbulkan reaksi persatuan umat Islam untuk menentangnya.

Saat masalah-masalah fundamental disinggung, maka umat bisa bersatu padu untuk menentangnya. Termasuk dalam masalah Palestina, dalam sejarah umat Islam di Indonesia, seakan sudah ijma’ di kalangan internal umat Islam untuk menunjukkan kepeduliannya.

Entah dengan doa, qunut nazilah, protes, demo dan lain sebagainya sebagai bentuk perhatian.

Tidak mengherangkan jika pada awal-awal abad dua puluhan, meski kalangan Islam tradisionalis dan modernis cendrung cekcok dalam hal-hal khilafiyah, tapi dalam urusan Palestina mereka bisa bersatu.

Sebut saja Muhammadiyah, Al-Irsyad dan Persis misalnya bisa bersatu dengan kalangan NU, Washiliyah dan lain-lain untuk urusan peduli Palestina yang dijajah dan dinista Israel. Tulisan ini akan berfokus pada jejak kepedulian NU dan tokohnya dalam membela Palestina.

Ada beberapa bentuk kepedulian NU dan tokohnya dalam masalah Palestina yang termanifestasi pada poin-poin berikut: penulisan artikel dan buku; qunut nazilah; dan pengiriman bantuan moril dan materil.

Penulisan Buku dan Artikel di Majalah

Pada tahun 1948, PBNU Bagian Penerbitan dan Penyiaran, menerbitkan buku anggitan KH. Saifuddin Zuhri berjudul Palestinda dari “Zaman ke Zaman”. Meski tebalnya hanya 84 halaman, setidaknya bisa menggambarkan jejak kepedulian NU dalam masalah Palestina.

Dalam pendahuluan buku ini, Ismail Banda memberi catatan menarik, “Buku ‘Palestina dari Zaman ke Zaman” jang sisusun oleh saudara Saidoeddin Zuhri akan merupakan satu ‘nafiri’ jang mendengung keras di angkasa, membangunkan umat Indonesia dan menarik perhatiannja terhadap Palestina.”

Artinya, dengan lahirnya buku ini maka NU dan tokohnya telah berkontribusi dalam menarik perhatian bangsa Indonesia terhadap Palestina.

File Majalah Soeara Nahdlatoel Oelama yang membela Palestina

Sedangkan H. Aboebakar, dalam pengantar buku ini menyatakan bahwa buku anggitan KH. Saifuddin Zuhri ini menimal memberikan gambaran kejiwaan yang sama antara bangsa Indonesia dan Palestina yang pernah dijajah.

Penerbitan buku seperti ini diharapkan menjadi penerang, suluh bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam hal memperjuangkan kemerdekaan.

"Bahu-membahu dengan saudara-saudara kita kaum Muslimin di Palestina, jang senasib dengan kita," demikian tulisnya.

Dengan pernyataan jujur ini, menunjukkan bahwa penulisan buku seperti ini menunjukkan bagaimana kepedulian NU dan tokohnya kala itu terhadap urusan Palestina.

Kepedulian tentang masalah Palestina juga tak hanya dalam penulisan buku. Di dalam majalah-majalah NU pun, terlihat nyata. Sebagai contoh yang dimuat dalam majalah Berita Nahdllatoel Oelama (1938).

Ketika sedang hangat-hangatnya masalah Palestina kala itu, NU secara aktif memberitakan masalah Palestina melalui majalah ini.

Pada 1 Desember 193 (8 Syawal 1357), dalam majalah Soeara Nahdlatoel Oelama (No. 3/VIII/1938) diberitakan Pemandangan Ringkas mengenai Palestina.

Menariknya divsitu diceritakan bahwa jika selama ini yang berjuang di Palestina adalah penduduk setempat serta orang-orang Arab di sekitarnya, akan tetapi ternyata ada 3 putra Indonesia yang menjadi mujahid di sana sehingga salah satu dari mereka ada yang gugur syahid.

Pada majalah yang sama pada 1 Februari 1939 (11 Dzulhijjah 1357), diberitakan satu judul menarik “Tindakan H.B.N.O.  terhadap Oeroesan Palestina”. Berita ini sangat menarik karena menggambarkan bahwa NU dengan dengan organisasi lain seperti PSII, Al-Irsyad, Djamiyatul Washiliyah, Musyawaratut Thalibbin Borneo, Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah dan lain-lain bersepakat untuk menyerahkan masalah ini supaya terpusat dalam Al-Majlis Islam A’la (biasa disingkat MIAI) di Surabaya.

Data ini membuktikan bahwa NU dan tokohnya peduli Palestina dan bisa bersatu dengan organisasi Islam lainnya dalam masalah Palestina.

Qunut Nazilah, Dukungan Moral dan Materi

Dalam buku  KH. Saifuddin Zuhri “Palestina dari Zaman ke Zaman” (1938: 34-40) diceritakan bagaimana kepeduluan Organisasi Islam besar di Indonesia ini begitu peduli dengan urusan Palestina. Ditulis bab “Dunia Islam Indonesia Solidair Pengurus Besar Nahdlatoel ‘Oelama Mengambil Tindakan”.

“Suasana dan penderitaan Ummat Islam di Palestina sangat menarik perhatian Ummat Islam di Indonesia. Apa jg. Sedang dirasakan oleh saudara2 kita disana, maka Ummat Islam di Indonesia pun ingin hendak ikut merasakan djuga....NAHDLATOEL ‘OELAMA sebagai satu2nja Gerakan Ummat Islam jang terbesar di Indonesia tentu sadja tidak akan tinggal diam.” (1948: 34)

Bukti kepedulian bisa dilihat pada poin-poin berikut:

Pertama, NU di bawah pimpinan KH. Mahfudz Siddiq pada 12 November 1938 telah mengedarkan selebaran berisi ajakan kepada berbagai ormas Islam seperti Hidayatul Islamiyah, Wartawam Muslim Indomesia. Al-Islam Solo, Muhammadiyah, Jam’iyatul Washiliyah dan lain-lain agar mengambil sikap dan tindakan terhadap masalah Palestina.

Dalam waktu itu juga, PBNU memerintahkan konsulat cabang dan ranting agaar angguta NU dan umumnya umat Islam Indonesia memberikan sokongan bantuan moril dan materil untuk dikirimkan kepada umat Islam Palestina yang sedang memperjuangakan cita-citanya untuk meraih kemerdekaan.

Bahkan, PBNU memerintahkan segenap anggotanya untuk melakukan qunut nazilah untuk membantu perjuangan rakyat Palestin.

Hal ini dilakukan tanpa risiko. Pada tanggal 27 Januari 1939, KH. Mahfud Siddiq dipanggil Bupati Surabaya bahwa aparat colonial Belanda di Jakarta  melarang diadakannya qunut nazilah.

“Pemerintah Hindia Belanda di Batavia melarang Ummat Islam Indonesia membantu dan memberla saudara-saudaranja Ummat Islam di Palestina, sekalipun sokongan itu berupa do’a sadja,” demikian tulis KH. Saifuddindi halaman 35.

Atas tindakan ini, PBNU mendapat apresiasi dari H. Agus Salim. Dalam Surat Kabar Tjaja Timoer. Disebutkan bahwa NU berusaha menggiatkan usaha persatuan gerak umat untuk membantu Palestina.

Usaha NU ini dinali besar sekali artinya bagi kepentingan dunia Islam. Agus Salim  juga mengingatkan bahwa momen seperti masalah Palestina, masalah agama, dan yang terkait merupakan saat tepat untuk menggalang persatuan umat.

Oleh karena itu, umat perlu bersatu bersama NU untuk mewujudkan kepeduliannya terhadap masalah Palestina.

Kepedulian terhadap Palestina terus berjalan, misalnya pada  5 Juni tahun 1969, GP Anshar bersama Pemuda Mahasiswa dan Pelajar Islam Indonesia bersepakat mengeluarkan pernyataan bersama yang di antara isinya:

"Menyerukan kepada Kongres Ummat Islam Indonesia  dan Pemerintah Republik Indonesia untuk menggariskan bantuan riil dan konkrit terhadap perjuangan pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha". (Majalah Kiblat, No. 2/XVIII/1969).

Sebenarnya masih banyak data yang belum terungkap mengenai kepedulian NU terhadap Palestina, tapi setidaknya data-data ini menunjukkan bahwa dalam lanskap sejarah Indonesia, kepedulian NU terhadap urusan Palestina begitu nyata.

Bukan hanya mendukung dalam masalah doa dan qunut, tapi juga materil dan moril sebagai bentuk kepedulian mereka kepada saudara sesama muslimnya yang kala itu juga mengalami penjajahan. Menariknya, momen seperti ini juga menjadi momentum persatuan umat Islam di Indonesia.*/Mahmud Budi Setiawan

Powered by Blogger.
close