Presenter Berita Turki Dipecat Usai Live Sambil Tampilkan Gelas Starbucks
Dari Hidayatullah.com – Presenter berita Turki, Meltem Gunay, dipecat dari saluran TV TGRT Haber setelah ia siaran live dengan secangkir kopi dari Starbucks, Walla melaporkan pada hari Selasa (26/12/2023).
Saluran tersebut mengeluarkan kecaman keras terhadap presenter dan direktur yang berwenang terhadap acara itu dan menegaskan bahwa telah mengakhiri kontrak mereka.
“Para presenter di saluran tersebut dilarang dalam keadaan apapun untuk mengiklankan perusahaan manapun secara diam-diam,” kata mereka. Dilaporkan juga bahwa saluran tersebut “mengetahui kepekaan masyarakat Turki dalam hal Gaza, dan kami berniat untuk melindungi kepekaan tersebut sampai akhir.”
Baca juga: Menyerah terhadap Boikot, Starbucks dan H&M Hengkang dari Maroko
Manajemen vs serikat pekerja
Starbucks dianggap sebagai perusahaan pro-Israel di Turki menyusul konflik yang terjadi antara karyawan dan manajemen perusahaan.
Menurut laporan sejumlah media pada November, perusahaan induk Starbucks Corp kehilangan nilai pasar sebesar $10,98 Miliar atau setara hampir Rp 170 Triliun setelah beberapa pekan terakhir mengalami berbagai gejolak, mulai dari boikot, mogok kerja karyawan dan kegagalan promosi liburan.
Berbagai gejolak akibat politik global yang merembet ke kafe-kafenya menjadi tantangan bagi masa depan perusahaan, menurut para analis industri.
Hal itu terjadi lantaran tak lama setelah peristiwa 7 Oktober dan pecahnya perang di Gaza, serikat pekerja Starbucks mempublikasikan sebuah pesan dukungan bagi warga Palestina sementara mengabaikan korban pembantaian “Israel”.
Sebagai tanggapan, manajemen mengajukan gugatan terhadap serikat pekerja dengan alasan bahwa anggotanya melanggar merek dagang dan juga dengan alasan bahwa pengumuman tersebut membuat marah pelanggan perusahaan dan merusak reputasinya.
Organisasi pekerja kemudian mengajukan gugatan balik yang mengklaim bahwa perusahaan mendukung terorisme dan kekerasan.*
Baca juga: Boikot dan Mogok Kerja Bikin Starbucks Merugi Hampir Rp 170 Triliun
Post a Comment