Syahwat
Kebutuhan fisik kita sesungguhnya tidak banyak. Makan tak lebih dari ukuran perut, pakaian yang melekat di badan, rumah yang melindungi dari panas dan hujan, serta tidur yang nyenyak.
Keinginan kita yang banyak. Ingin makan berbagai menu, ingin macam-macam jenis pakaian, ingin rumah seribu ruangan meskipun tidak setiap sudutnya sempat kita injak. Ingin tanah yang luas, pantai dan gunung pribadi, serta hutan yang bisa diwariskan hingga cicit beranak pinak.
Konon, begitulah pemikiran orang yang berpandangan jauh ke depan. Keinginan memiliki banyak hal konon menunjukkan sikap optimis, strategis, dan penuh perhitungan. Padahal, yang dia sebut jauh ke depan ternyata hanya sebatas usia di kandung badan. Dia tidak menghitung sampai akhirat dan hari pembalasan. Dia tidak menghitung bahwa apa yang seumur hidup dia kejar dan kumpulkan kelak mesti dipertanggungjawabkan.
Sebagian orang lupa soal akhirat, atau tidak peduli. Baginya, hidup adalah sekarang dan di sini. Karena itu, apa saja ingin dia rengkuh dan miliki. Meskipun harus menempuh jalan yang zhalim dan keji. Padahal, tidak semua yang dia kejar mati-matian bisa dia nikmati. Tapi, baginya, memiliki adalah tujuan utama untuk meneguhkan jati diri. Sebab, banyak memiliki membuat dirinya merasa lebih tinggi dan layak dihargai.
Baginya, manusia terbaik adalah yang punya kuasa. Yang bisa membeli loyalitas dengan harta. Yang bisa mengendalikan orang lain sesuai keinginannya. Semakin kuat syahwat menyelimuti jiwa, semakin redup dan samar keyakinan dalam dada bahwa manusia terbaik adalah yang paling bertakwa pada Allah Ta'ala....
.
.
.
IG: @abun_nada
#mawasdiri
Post a Comment