Tata Cara Niat Puasa Puasa Ramadhan menurut Empat Madzab



Ibnu Hajar Al Haitami menyatakan hendaknya berniat puasa di malam pertama Ramadhan untuk seluruh puasa Ramadhan, juga meniatkan diri puasa di pagi hari saat lupa berniat puasa di malam hari mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah

Dari laman Hidayatullah.com | PUASA Ramadhan merupakan salah satu ibadah puasa yang diwajibkan oleh Allah SWT. Dalam menjalankannya, ada satu hal yang tidak boleh kita lewatkan yakni wajibnya membaca niat puasa Ramadhan.

Niat berarti sebuah keinginan seseorang yang ingin mengerjakan sesuatu, baik karena perintah Allah SWT maupun yang lain. Perihal beribadah kepada Allah, telah dijelaskan dalam hadis baginda Nabi ﷺ

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari & Muslim).

Baca juga: Syarat dan Kedudukan Niat dalam Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan yang Benar  

Dalam menjalankan puasa Ramadhan, salah satu hal yang wajib dilakukan oleh seluruh umat muslim adalah melakukan niat. Niat sendiri merupakan salah satu penegas dari sebuah ibadah yang ingin kita tunaikan.

Bagaimana niat puasa Ramadhan yang benar sesuai dengan syariat Islam? Berikut bacaan niat puasa Ramadhan dalam beberapa versi.

Baca juga: Melafalkan Niat Puasa, Bid`ah? Inilah Pendapat Madzhab Empat

Mazab Syafi’i

Dalam Madzhab Imam Syafi’i, niat itu diucapkan dalam hati. Adapun pengucapan lewat lisan itu tidak wajib. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam Fathul Mu’īn oleh Imam Imam Zainuddin Al-Malībārī.

وفرضه، أي: الصوم: النية بالقلب، ولا يشترط التلفظ بها بل يندب.

“Kewajiban puasa salah satunya adalah niat dalam hati. Tidak disyaratkan untuk diucapkan. Akan tetapi dianjurkan.” (Fathul Mu’īn: 261).

Lalu Imam Sayyid Bakri dalam I’ānah Thõlibīn menambahkan alasan dianjurkannya melafalkan niat.

وقوله: (بل يندب) أي: التلفظ بها ليساعد اللسان القلب.

“Pengucapan niat itu (dianjurkan) agar lisan dapat membantu hati.” (I’ānah Thõlibīn: 2/1217).

Berikut 3 hal dalam Mazhab Syafi’i yang harus dilakukan seseorang saat hendak berpuasa Ramadhan

  • Memaksudkan niat secara jelas

Disebutkan dalam kitab Hasyiyah Bājūrī Imam Ibrāhim Bājūrī bahwa paling minimalnya niat puasa itu sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.” (Hasyiyah Bājūrī: 1/633).

Lalu dalam Fathul Qarīb Syarah Ghāyah wa Taqrīb  Imam Ibnu Qasim menerangkan tentang niat puasa Ramadhan secara lengkap.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

“Saya berniat puasa besok, yang mana ia (merupakan bagian) dari kewajiban Ramadhan pada tahun ini karena Allah ta’ala.” (Fathul Qarīb: 194).

Adapun Imam Baramāwi yang dikutip dalam I’ānah Thõlibīn, ia menganjurkan untuk membaca beberapa kalimat pengganti lafadz “lillahi ta’ala”.

وقوله : (لله تعالى) : ويسن أن يقول إيمانا واحتسابا لوجه الله الكريم

“Dan pada lafadz ‘lillahi ta’ala’ disunnahkan untuk mengucapakan ucapan ‘imānan wa ihtisāban li wajhillāhi al-karīm’.” ( I’ānah Thõlibīn: 2/1228).

  • Waktu Malam

Puasa wajib seperti Ramadhan diharuskan niatnya di waktu malam. Dalam Hāsyiyah Bājūrī Imam Ibrahim Al-Bājūrī menjelaskan tentang niat di waktu malam.

التبييت إيقاء النية ليلا في أي جزء منه من غروب الشمس إلى طلوع الفجر، فلا يشترط فيه النصف الأخير من الليل.

“Memalamkan niat adalah mengawali niat pada malam hari di waktu manapun, dari mulai terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar. (Hāsyiyah Bājūrī: 1/632).

Lalu Syeikh Mushtofa Abdun Nabi menambahkan,

فلا يكفي إيقاعها أثناء النهار، أو مع طلوع الفجر.

“Adapun diniatkannya siang hari atau saat terbitnya fajar, maka itu tidak cukup”. (Mu’nīsul Jalīs: 1/418).

  • Diulagi Setiap Malam

Dalam kitabnya Mu’nīsul Jalīs Syeikh Mushtofā Abdun Nabī menuliskan bahwa niat puasa diucapkan setiap hari, tidak cukup kalau diucapkan hanya sekali selama Ramadhan.

الأول: (النية) لكل يوم؛ فلا تكفي نية عامة لجميع شهر رمضان، أو لأيام منه، أو من غيره.

“Rukun puasa yang pertama adalah (pelafalkan) niat di setiap harinya. Adapun niat yang bersifat umum untuk (mewakili) keseluruhan bulan Ramadhan, atau beberapa harinya, atau (beberapa hari) luar itu, maka itu tidak cukup.” (dalam
 Mu’nīsul Jalīs: 1/418).

Baca juga: Niat Puasa Ramadhan Tiap Malam atau Sekali?

Madzhab Hanafi

Madzhab Hanafi berpendapat bahwasannya niat untuk melaksanakan puasa Ramadhan dibagi dalam beberApa waktu. Waktu pertama adalah waktu setelah terbenamnya matahari.

Pada asalnya waktu niat adalah waktu awal melakukan suatu amalan, namun untuk mengetahui waktu awal terbitnya fajar adalah hal yang sulit dan itu terjadi di waktu-waktu kebanyakan manusia lalai, maka untuk memberi kemudahan bisa dilakukan setelah matahari terbenam.

Namun para ulama Madzhab Hanafi juga membolehkan melakukan niat puasa Ramadhan setelah fajar hingga pertengahan hari (dari terbit matahari hingga waktu Dhuha) ada pula yang berpendapat sebelum Dzuhur. (Al Mabsuth, 3/62).

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Madzhab Maliki

Sedangkan dalam Madzhab Maliki, niat puasa Ramadhan dilakukan di malam hari yakni setelah matahari terbenam hingga bersamaan dengan fajar. Dan itu cukup dilakukan di awal malam Ramadhan dengan niat puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. (Lihat, At Taudhih fi Syarh Mukhtashar Ibni Hajib, 2/397).

Madzhab Hanbali

Pendapat madzhab Hanbali dalam masalah waktu niat puasa Ramadhan sama dengan madzhab Syafi`i, yakni harus dilakukan di malam hari satiap hari bulan Ramadhan. (Al Mughni, 3/109).

Dalil Mayoritas Ulama

Adapun mayoritas ulama yang berpedoman pada Hadits:

عَنْ حَفْصَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ» (أخرجه النسائي وغيره)

Artinya: Dari Hafshah dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda, ”Barangsiapa tidak meniatkan puasa sebelum fajar maka tidak puasa baginya.” (Riwayat An Nasa`i dan lainnya)

Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan mengenai Hadits itu, “Tirmidzi dan Nasai cenderung menghukuminya mauquf sedangan Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah menshahihkan marfunya.” (Bulughul Maram, hal. 261).

Baca juga: Niat, Salah Satu Syarat Sahnya Puasa Ramadhan

Menggabungkan Pendapat Para Mujtahid

Ibnu Hajar Al Haitami seorang ulama rujukan dalam fatwa dan fiqih bagi pengikut Madzab Syafi`i menyatakan bahwa hendaknya bertaklid kepada Imam Malik dalam berniat puasa di malam pertama Ramadhan untuk seluruh puasa Ramadhan, sehingga ketika lupa berniat pada malam hari, maka puasa tetap sah menurut Madzhab Maliki.

Demikian juga hendaknya meniatkan diri untuk puasa di pagi hari ketika lupa berniat puasa di malam hari mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah, hingga puasanya tetap sah menurut Madzhab Hanafi. (Fath Al Jawwad, hal. 431). Wallahu alam bish shawab.*/Thoriq,  Zulfikar HH

Powered by Blogger.
close