Inilah Kunci Tegaknya Kebaikan-Kebaikan

Oleh : Imam Nawawi

Saat Eropa dan Amerika oleh sebagian orang disebut maju karena teknologinya, ternyata ada yang runtuh dalam kehidupan manusianya, yakni keluarga. Belakangan orang mengenal istilah resesi seks. Dampaknya jelas tertangkap oleh rasio manusia, kepunahan manusia itu sendiri. Akibatnya manusia semakin egosentris, individualis. Dan, akhirnya kebaikan-kebaikan banyak yang goyah, bahkan luruh. Mereka gagal menemukan kunci kebaikan-kebaikan yang mereka amat sangat butuhkan.

Sebuah berita mengabarkan bahwa resesi seks telah terjadi dari China hingga Amerika Serikat. Resesi seks adalah penurunan rata-rata jumlah aktivitas seksual yang dialami suatu negara, sehingga memengaruhi tingkat kelahiran yang rendah.

Fakta

Pada 2021, China mengalami angka kelahiran terendah sejak 1949. Pada tahun itu jumlah bayi yang lahir 11 juta, menurun daripada tahun 2016 yang berada pada angka 18 juta.

Begitu pun Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan bahkan Korea Selatan juga tak selamat dari resesi seks. Caroline Kitchener mantan editor media The Atlantic mengatakan itu semua terjadi karena kalangan muda memilih kesenangan baru selain berhubungan seksual.

CNN merilis: “Di AS, dari 1991-1994 jumlah laki-laki yang melakukan masturbasi dalam minggu tertentu meningkat hingga 54 persen. Sementara itu, perempuan yang masturbasi meningkat 26 persen.”

Faktor lain resesi seks di China karena biaya membesarkan anak yang melejit. Sehingga banyak pasangan yang memilih tak punya anak, atau cukup dengan satu anak.

Sementara itu di Negeri Sakura, kemapanan menjadi faktor penyumbang resesi seks. Banyak warga Jepang yang tak percaya diri dengan finansial dan pekerjaan mereka.

Ketakutan

Fenomena itu memacu orang tua di Eropa ketakutan dalam hal mendidik anak. Mereka takut kalau anak mereka tumbuh dengan tidak ada jaminan sosial dan ekonomi yang memadai.

Namun, sebenarnya semua itu karena cara berpikir manusia sendiri yang sangat materialistik. Mereka tidak sadar bahwa yang membuat orang lelah bekerja, tidak bahagia berumah tangga, dan tidak lagi mampu mengasuh anak karena tuntutan cara pandang materialisme itu sendiri.

Oleh karena itu menarik tulisan Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya “Islam dan Sekularisme.”

“Kitab Suci al-Qur’an mengatakan bahwa Hari Akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia, lebih abadi dan kekal. Namun Kitab Suci al-Qur’an tidak mengurangi dan menurunkan derajat dunia, atau menghalangi manusia dari melakukan perenungan, penghayatan, dan penafsiran terhadap keajaiban-keajaiban dunia itu sendiri.”

Dalam kata yang lain, kalau manusia semakin hari kian jauh dari kebaikan, bahkan tiang-tiang kebaikan itu mulai goyah, maka jalan keluarnya jelas. Kembalilah kepada Al-Qur’an. Ingat dan sadar akan ada kehidupan setelah kehidupan dunia yang sibuk dan sementara ini.

Hanya dengan pemahaman seperti itu manusia akan selamat dari cara berpikir materialistik yang telah merusak banyak tatanan kehidupan utama dalam kehidupan umat manusia. Dan, itulah kunci dari tegaknya kebaikan-kebaikan yang kita dambakan.*

Imam Nawawi, Penulis Buku

Powered by Blogger.
close