Sebuah Keluarga di Prancis Beranggotakan 9 Orang Masuk Islam
Populasi Muslim di Prancis kini berjumlah sekitar 6 juta orang, sementara diperkirakan ada 2.500 masjid yang ada, Islam akan semakin besar di pusat mode dunia ini
Dikutip dari media Hidayatullah.com | SEBUAH keluarga Prancis beranggotakan sembilan orang memeluk Islam. Fenomena menarik ini menjadi perhatian beberapa kanal TV Prancis baru-baru ini.
Transpformasi keluarga ini bermula ketika Kevin, sebagai kepala keluarga, lebih dulu memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Farid. Kevin, mengaku, bahwa dirinya yang dulu memiliki masa lalu buru, berubah setelah terpengaruh Islam.
Awalnya, istrinya, Christine, yang kini dipanggil Ines, tidak langsung memeluk Islam. Namun lambat-laun, wanita yang kini telah berhijab itu mengikuti jejaknya, dan mengganti namanya.
Pasangan yang diberkahi ini kemudian memutuskan mendidik ketujuh anak mereka di jalan Islam. Ines, bahkan memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai perawat untuk membesarkan anak-anaknya sambil bekerja dari rumah setelah ditolak menggunakan jilbab saat bekerja.
Banyak saluran televisi Prancis mengulas fenomena ini dengan menampilkan beberapa keluarga yang memutuskan untuk pindah agama dan memeluk Islam.
Dalam sebuah film dokumenter memperlihatkan bagaimana kehidupan Faris dan Ines setelah memeluk Islam.
“Saya masuk Islam di masjid sekitar pada tahun 2002. Orang tua saya memberi saya nama depan Kevin tapi saya memutuskan untuk mengganti nama depan saya. Sekarang saya Farid,” katanya, “ kata Farid.
“Bersama suami saya, kami memilih untuk memberikan nama Muslim kepada anak-anak kami,” kata Ines, menyebut nama emat anaknya yang berlatarbelakang Islam; Illiane, Ibrahim, Myriam dan Hasna.
Sejak memeluk Islam, keluarga ini aktif mengamalkan agama, mengajari anak-anak mereka Al-Quran, bahasa Arab sejak dini dan mengenalkan mereka tatacara shalat.
Dalam film documenter yang beredar, terlihat anak-anak Farid dan Ines mengambil sedang belajar membaca Al-Quran. “Di sini, kita akan memakai Fatiha,” kata sang ibu kepada mereka.
Wartawan tersebut meminta Ines menjelaskan kepadanya apa yang tertulis dalam pena. Ines kemudian menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari ayat Al-Quran yang bunyinya “Alif, Lam, Mim”.
“Ini adalah komputer yang dibuat oleh Syekh agar anak-anak dapat mengucapkan kata dan istilah dengan lebih baik,” ujar Ines.
“Rencananya kami akan menyekolahkan anak kami baik ke Mesir atau ke Arab Saudi, karena penting untuk mempelajari bahasa Arab yang merupakan bahasa agama kami dan bahasa yang akan digunakan ketika kami akan berada di sana, di Surga, Insya Allah,” tambah dia.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi umat Islam di Prancis, keluarga tersebut merupakan contoh sukses perpindahan agama kedalam pelukan Islam di masyarakat Barat, yang menawarkan pesan harapan dan keberanian di masa-masa sulit ini.
Berbondong-Bondong Masuk Islam
Di kenal sebagai pusat mode dunia, Prancis menyaksikan masuknya migran Muslim secara konsisten dari negara-negara seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, dan Afrika sub-Sahara dalam beberapa dekade terakhir.
Data statistik menggarisbawahi pertumbuhan substansial populasi Muslim di Prancis, yang kini berjumlah sekitar 6 juta orang, yang merupakan sekitar 8-9 persen dari total penduduk Prancis. Proyeksi menunjukkan peningkatan tahunan sebesar 17 persen pada populasi Muslim Prancis.
Lanskap keagamaan di Prancis sedang mengalami transformasi, yang dibuktikan dengan menjamurnya masjid di seluruh negara. Menurut Dewan Agama Muslim Prancis (CFCM), saat ini terdapat lebih dari 2.500 masjid di Prancis, yang merupakan peningkatan signifikan dari sekitar 2.000 masjid yang tercatat pada tahun 2015.
Pergeseran demografis ini menunjukkan bahwa Muslim Prancis mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap tatanan sosial-politik dan budaya Eropa.
Belum lama ini Presiden Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS), Syekh Ali al-Qaradaghi berpidato di forum “Kemerdekaan untuk Palestina” di Istanbul, di mana ia menyoroti tren luar biasa, banyak masyarakat Barat berbondong–bonding masuk Islam.
“Kami menyaksikan perubahan signifikan di dunia Barat, khususnya di Prancis, di mana 17.000 orang telah memeluk Islam sejak Banjir Aqsa. Hal ini menunjukkan kecenderungan positif terhadap keimanan kami, dan merupakan tugas kami untuk menumbuhkan pemahaman dan persatuan,” kata Syeikh Qaradadhi.
Pada tahun 2006, sebuah catatan dari Kementerian Dalam Negeri Prancis menyebutkan semakin banyak orang yang berpindah agama memilih Islam.
Menurut sumber yang dekat dengan Kementerian Dalam Negeri, mereka ditemukan di komunitas Haiti, di antara orang Prancis asal Afrika, India Barat, atau bahkan Portugis.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Mereka berpindah agama seperti teman-teman mereka di kota atau melalui pernikahan dengan seorang Muslim. “Kami menyebutnya “konversi kedekatan”,” kata pihak Kementerian Dalam Negeri.
Di sebuah media Prancis, seorang pendeta evangelis Prancis, Saïd Oujibou menemukan banyak generasi muda negeri itu memeluk Islam.
“Banyak generasi muda kita yang masuk Islam,” kata dia.
Menurutnya, fenomena ini mulai terjadi di tahun 2001, meningkat pesat sejak tahun 2015. “Namun serangan mematikan ini menarik dan merayu generasi muda untuk mencari cita-cita. Sebuah cita-cita yang tidak lagi mereka temukan di gereja kita,” kata dia.
“Kaum Evangelis sering tinggal di lingkungan yang sama dengan Muslim, di pinggiran kota kelas pekerja di Hauts-de-France, Seine-Saint-Denis, Lyon dan Marseille. Banyak pendeta yang menganggap dirinya lebih unggul dari umat Islam, bahkan terkadang memandang rendah mereka, mereka lebih memilih untuk mengingkari kenyataan yang meresahkan mereka. Hal ini akan mengakui kegagalan mereka,” tambah dia lagi.
Menurut proyeksi Pew Research Center, pada 2050 mendatang populasi Muslim di Eropa dapat mencapai 11,2 persen dari total populasi Eropa. Bahkan, “jika imigrasi dilarang sepenuhnya” umat Islam akan masih mewakili 7,4 persen populasi Eropa pada 2050.
Menurut data, jumlah umat Islam di Eropa pada antara 2010 hingga 2016 meningkat lebih dari 1 persen, yakni dari 3,8 persen menjadi 4,9 persen. Imigrasi besar-besaran dan menetap untuk bekerja atau bersekolah menjadi alasan terjadinya kenaikan umat Muslim di Eropa. Antara pertengahan 2010 dan 2016, Eropa dilaporkan menerima sekitar 2,5 juta Muslim.*
Post a Comment