Sesuatu yang Dibenci itu Bernama 'Self Thank'


Oleh Mohammad Fauzil Adhim 

Yang sangat dibenci itu adalah tindakan memuji diri sendiri, berterima-kasih pada diri sendiri (self-thank) dan membanggakan ‘amal sendiri. Inilah keburukan yang sangat nyata, tetapi hari ini banyak diamalkan oleh kaum muslimin. Sering sekali saya melihat ibu-ibu menampilkan kalimat bathil itu dengan penuh kebanggaan dan bahkan mengajarkan kepada anak atas nama afirmasi positif. 
Ibnu Katsir rahimahuLlah Ta’ala dalam tafsirnya menerangkan bahwa ayat tersebut merupakan larangan dari Allah ‘Azza wa Jalla bagi kita:
لَا تَمْدَحُوهَا وَتَشْكُرُوهَا وَتُمَنُّوا بِأَعْمَالِكُمْ
“𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙪𝙟𝙞 𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙨𝙮𝙪𝙠𝙪𝙧𝙞 𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 (𝙨𝙚𝙡𝙛 𝙩𝙝𝙖𝙣𝙠), 𝘀𝗲𝗿𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗮𝗺𝗮𝗹 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶.
Perkataan Ibnu Katsir rahimahuLlah Ta’ala tersebut merupakan tafsir dari firman Allah Ta’ala:
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى⁣
 ⁣
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm, 53: 32).
Ini merupakan penjelasan ringkas, padat, jelas dan terang benderang seterang matahari. Larangan yang tidak memerlukan kemampuan berpikir sangat mendalam untuk dapat memahami. Maka bagaimana mungkin sekolah yang menyatakan diri berdiri tegak di atas manhaj Nabawi, mendaku pula sebagai ma’had yang Qur’ani, lalu menggunakan cara-cara yang Allah Ta’ala benci ini??!
Begitu pula alangkah anehnya kalau orangtua atau guru mengajari anak untuk mengucapkan “terima kasih diriku, kamu hebat, kamu luar biasa hari ini”. Atau yang serupa dengan itu “Aku hebat, aku bisa, aku luar biasa”. Sama buruknya dengan seruan jahiliyah, “Siapa yang akhlaknya paling terpuji? Katakan saya, saya, saya….” 
Sangat berbeda antara seruan untuk berbenah dengan seruan untuk mendaku (self acclaimed). Sesungguhnya seruan untuk mendaku itu bukan sedang membangun iman maupun kepribadian anak, melainkan justru merusaknya. Di sisi lain, ini bukan cara memotivasi yang benar.
Bagaimana kalau perkataan yang mendaku itu ditambahi dengan stiker “hamdalah” maupun kalimat mulia lainnya, semisal, “Alhamdulillah, aku hebat, aku luar biasa hari ini, karena Allah.” Panjang pembahasannya, tetapi kata ringkasnya adalah, sesungguhnya babi tidak berubah menjadi halal hanya karena disembelih dengan membaca basmalah.
Ini merupakan jawaban ringkas terhadap beberapa Pertanyaan tentang afirmasi positif serta berbagai hal yang bermiripan. Tinjauannya secara psikologi berdasarkan berbagai riset, telah saya sampai melalui acara KePOin Pro-U mengapa itu buruk.
Powered by Blogger.
close