Kami Tidak Akan Meratapimu, Selamat atas Kesyahidanmu
Oleh: Adham Syarqawi
Kami tidak akan meratapimu. Ratapan adalah kematian yang lain, wahai para kekasih kami. Kami tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu! Jika kami meratapi orang yang kami cintai, berati kami menimbun mereka dengan tanah dua kali. Penderitaan kami karena kepergianmu sekali saja sudah cukup bagi kami, karena hampir tidak terperikan! Namun, ungkapan kalimat ini adalah hakmu atas kami; kami membutuhkannya, dan kamu tidak memerlukannya. Semoga Allah meningkatkan pahalamu pada kami jika kami tidak dapat membalaskan dendam dengan baik untukmu!
Kami tidak akan meratapi kematianmu. Seandainya kematianmu terjadi tidak dengan cara ini, kami pasti akan berduka atas kematianmu. Kami sangat bersedih melihat orang yang telah bersiap untuk mati syahid tetapi tidak memperolehnya! Tapi karena ini yang terjadi, kami sendiri lebih pantas dikasihani daripada dirimu!
Kami tidak akan meratapimu, bukan karena kekurangan kosa kata, atau karena sempitnya ungkapan, melainkan karena ratapan adalah pengakuan atas kepergianmu. Padahal kamu akan tetap bersama kami selamanya! Manusia tidak mati karena kematian mereka, melainkan karena dilupakan dan pengkhianatan terhadap perjanjian mereka. Kamu tetap berada di antara kami seperti pohon zaitun di Palestina, dan jejak kakimu di jalan perjuangan akan tetap terukir di hati kami hingga kami yang terakhir mencapai garis finish. Hidupmu akan jauh lebih lama daripada kehidupan para pembunuhmu. Jadi istirahatlah sekarang. Cukup bagimu kelelahan yang telah kamu alami, dan cukup bagimu perpecahan yang telah kamu redam. Cukup bagimu sindiran dan gosip yang telah kamu hadapi dengan sabar. Maka berbahagialah dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu. Kami iri padamu!
Kami tidak akan meratapimu. Ratapan adalah tangisan, dan kami tidak punya waktu untuk menangis sekarang. Luka yang membuat menangis itu telah membuat lupa, tetapi kami tidak ingin melupakannya! Kami akan menunda air mata kami sampai hari pembebasan yang kamu persiapkan itu terwujudkan di halaman Masjid Al-Aqsa dengan ijin Allah. Kami akan menangisimu sebagaimana kamu layak ditangisi, di sana bila kami mencarimu tetapi kami tidak mendapatimu, di sana di mimbar Shalahuddin ketika kamu tidak berdiri untuk menyampaikan khotbah penaklukan. Kami akan menangisimu, tapi di hari itu kamu akan hadir mendahului semua yang hadir, tapi tidak apa-apa kami menangisi kehadiranmu!
Kami tidak akan meratapimu, kami juga tidak akan menangisimu. Wahai semua orang yang mencintainya:
Janganlah kamu meratapinya, dan janganlah kamu menangisinya, karena manusia tidak akan meratap dan menangis ketika keinginannya terkabulkan. Ia akan meratap dan menangis jika tidak dapat mewujudkannya. Tidak mungkin orang seperti dia tidak mendapatkan apa yang dicarinya!
Jika mati syahid ini tidak menjadi keinginan kita, lalu untuk apa kita berjalan di jalan ini, dan untuk apa kita mengangkat telapak tangan seraya berdoa: "Ya Allah, ambillah darah kami sampai Engkau ridha!" Dan untuk apa kita berjanji pagi dan sore bahwa kita tidak akan meninggalkan medan perjuangan dan tidak akan meletakkan senjata!
Musuh tidak bisa melumpuhkan kami dengan suatu pembunuhan. Medan perang kami tidak pernah disembunyikan. Sejak lama, kami telah menampilkan para pemimpin kami sebelum para prajurit!
Gerakan ini adalah sebuah kelahiran, dan perjuangan ini terus berlanjut. Jika bukan karena kepergian seorang pemberani yang mendahuluinya, kita tidak akan mengetahui keberanian generasi pelanjut!
Tak seorang pun di antara kita yang darahnya disisakan demi membela Masjidil Aqsha. Karena itu, janganlah kalian menangisi saudaramu. Bawalah dia ke tempat yang selalu dia rindukan. Taburkan mawar di atas jasad yang tersisa darinya. Sedangkan ruhnya berada di 'Illiyin, dengan ijin Allah, karena dia termasuk orang-orang yang saleh! Di alam abadi, wahai Abu Al-Abd, di alam abadi!
Penerjemah: Aunurrofiq Saleh Tamhid
Foto CNN Indonesia
Foto CNN Indonesia
Post a Comment