Strategi-strategi Pembelajaran Integratif Yang Menginspirasi
Oleh : Fuad Fahrudin, M.Pd.I.
Beliau Sitti Maesuri Patahuddin berasal dari Indonesia. Di Canberra University, beliau berkonsentrasi pada pendidikan persiapan guru profesional. Selain itu beliau juga berkonsentrasi pada penelitian terkait STEM.
Pengalaman mengajar dan meneliti yang panjang membuat beliau mampu memberikan tinjauan multidimensi terhadap STEM. Salah satunya pada pernyataan beliau tentang karakteristik interjunction pada STEM. Betapa STEM tidak saja mengungkit kemampuan numerasi dan sains, tapi juga literasi.
Hal ini dapat dilihat pada tahapan aktivitas STEM: Menemukan masalah, menemukan dan menvalidasi bukti, menyusun pertanyaan, menyusun dugaan, merancang dan membangun, mengeksplorasi dan menantang.
Di satu tahapan dapat dikatakan literasi lebih ditekankan, misalkan menemukan masalah. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan dengan runtut dan menyeluruh masalah yang ditemukan. Dalam hal ini keterampilan menulis lebih diperlukan.
Sementara itu di satu tahapan lain dapat dikatakan numerasi lebih ditekankan, misalkan di menyusun dugaan. Peserta didik diharapkan mampu mengestimasi, memperkirakan. Dalam hal ini kemampuan hitung-menghitung lebih dipentingkan.
Sifat interjunction pada STEM memantik ingatan tentang strategi Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu (BBB) yang dikembangkan Kemdikbudristek. Literasi, numerasi, dan teks multimodal diintegrasikan lewat kegiatan membaca nyaring serta pertanyaan pemantik. Kegiatan ini sederhana namun potensial meningkatkan kualitas pembelajaran. Medianya bisa sederhana dan murah, yang penting pertanyaan-pertanyaan pemantik guru diupayakan mampu membangkitkan daya kritis peserta didik.
Lebih jauh, jika guru mengimplementasikan pendekatan GRR secara tuntas, peserta didik berpotensi memiliki literasi dan numerasi sangat baik. Karena tahapan-tahapan pada pendekatan GRR mengantarkan peserta didik untuk mandiri dalam aktivitas memahami serta menindaklanjuti bacaan. Peserta didik mampu mencerna bacaan sekaligus mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang kritis.
Mundur beberapa waktu ke belakang tepatnya sekitar tahun 2013, Kurikulum 2103 diterbitkan. Strategi utamanya pada integrasi mata pelajaran dalam tema. Istilahnya tematik.
Dengan pendekatan tematik, materi beberapa mata pelajaran diintegrasikan, terutama di tingkat sekolah dasar. Peserta didik diantarkan untuk belajar satu materi dengan lebih luas dan interkoneksi. Sehingga peserta didik mampu melihat satu entitas dalam perspektif multidimensi.
Dari ketiganya, satu kesimpulan dapat ditarik, pentingnya strategi pembelajaran yang integratif. Sifatnya yang efektif sekaligus interkoneksi diharapkan mampu meningkatkan daya nalar peserta didik. Sehingga intelektualitas peserta didik berkembang lebih utuh.
Hal yang menjadi tantangan guru adalah kebiasaan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran terkotak-kotak mata pelajaran sudah mengakar kuat. Hal ini dapat dimaklumi karena sudah sangat lama pembelajaran terkotak-kotak mata pelajaran berlangsung.
Dengan kebiasaan yang sudah mengakar tersebut, kiranya guru tidak disiapkan untuk memiliki paradigma selain pengotakan mata pelajaran. Latihan guru untuk merancang pembelajaran integratif perlu melalui dua penghalang besar sekaligus, mentalitas dan intelektualitas. Mentalitas guru perlu diyakinkan tentang baiknya integratif dalam pembelajaran. Intelektualitas guru perlu dilatih ketajamannya agar mampu melihat potensi integrasi dalam sejumlah mata pelajaran.
Jalan perbaikan masih panjang. Namun edukasi tentang strategi pembelajaran integratif perlu terus dilakukan. Perlahan semoga ada titik terang.
Wallah a’lam.
Fu'ad Fahrudin, Guru SDIT Al-Madinah Kebumen, Alumni Microcredential Numerasi Tahun 2022
Post a Comment